Selasa, 06 April 2010

Potensi Wisata Andalan Kabupaten Pacitan


Pacitan merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki banyak tempat wisata potensial. Di beberapa lokasi wisata tersebut menyimpan berjuta keindahan di kota yang berada di balik pegunungan tersebut. Setiap hari libur banyak sekali pengunjung dari luar Pacitan yang datang ketempat-tempat pariwisata tersebut, bahkan hari-hari biasa pun juga banyak yang datang ketempat pariwisata di pacitan. Itulah keistimewaan kota pacitan, walaupun kotanya kecil tapi sungguh terkenal hingga Pacitan di sebut dengan kota wisata.

Beberapa objek wisata yang ada di Kabupaten Pacitan antara lain:


Pantai Teleng  Ria
Pantai Teleng Ria menghadap ke Pantai Selatan dengan hamparan Pasir Putih dengan panjang  3 Km. Jarak dari Ibukota Kabupaten Pacitan ke lokasi wisata hanya 3,5 Km, dan dapat dengan mudah dicapai dengan berbagai jenis kendaraan. Fasilitas yang ada di tempat wisata tersebut antara lain gardu pandang, kolam renang, arena bermain anak, penginapan serba guna bongo budoyo dan areal perkemahan, arena pemancingan, dan juga terdapt tempat pendaratan ikan.


Pantai Srau

Pantai Srau berada di wilayah kecamatan Pringkuku pringkuku Kabupaten Pacitan, yang jaraknya kurang lebih 25 Km ke arah barat kota Pacitan dapat dilalui dengan kendaraan umum dan pribadi. Pantai yang mempunyai pasir putih.


Pantai Klayar
Pantai klayar berada di wilayah Kecamatan Donorejo Kabupaten Pacitan, yang jaraknya kurang lebih 35 Km ke arah barat kota Pacitan. Pantai berpasir putih ini memiliki suatu keistimewaan yaitu adanya seruling laut yang sesekali bersiul di antara celah batu karang dan semburan ombak.

Di samping itu juga terdapat Air Mancur Alami yang sangat Indah. Air mancur ini terjadi karena tekanan ombak airu laut yang menerpa tebing karang berongga. Air muncrat yang dapat mencapai ketinggian 10 meter menghasilkan gerimis dan embun air laut yang diyakini berkhasiat sebagai obat awet muda.


Goa Gong

Goa  dengan stalagtit dan stalagmit yang konon terindah se-Asia Tenggara mempunyai kedalaman kurang lebih 256 m, selain itu mempunyai 5 sendang yaitu Sendang Jampi Rogo, Sendang Panguripan, Sendang Relung Jiwo, sendang Kamulyan, dan sendang Ralung Nisto yang kono memiliki nilai magis untuk menyembuhkan penyakit. Keindahan Stalagnit dan stalagmitnya sangat memukau diabadikan dengan nama Selo Cengger Bumi, Selo Gerbang Giri, Selo Citro Cipto Agung, Selo Pakuan Bomo, Selo Adi Citro Buwono, Selo Bantaran Angin dan Selo Susuh Angin. Goa ini terletak 30 Km arah barat Kota Pacitan tepatnya Desa Bomo Kecamatan Punung dan dapat dengan mudah dijangkau dengan segala jenis kendaraan.

Goa Tabuhan
Goa Tabuhan terkenal dengan keindahan stalagtit dan stalagmitnya pesinden atau waranggono. Dengan keunikannya tersebut Goa ini telah dikenal luas, hingga saat ini pun juga masih banyak dinikmati wisatawan maupun seniman untuk ajang pentas seni. Gua ini terletak di desa Wareng Kecamatan Punung kurang lebih 40 km dari pusat kota Pacitan ke arah barat.

Berbagai souvenir batu akik juga banyak terdapat disini.

Pemandian Air Hangat
Pemandian Air Hangat dengan Mata air yang masih menyimpan berbagai khasiat dan manfaat utamanya bagi kesehatan dan kebugaran tubuh. Pemandian ini diberi nama ” Tirto Husodo “. Saat ini telah dibangun dua tempat berendam, dua buah kolam renang dan tempat Penginapan. Akses buat ke obyek wisata ini relatif mudah, dapat dicapai dengan kendaraan roda empat dengan kondiri jalan baik, kurang lebih 15 Km dari Kota Pacitan, tepatnya di Kecamatan Arjosari.


Diolah dari berbagai sumber

Sumber :
http://bisnisukm.com/potensi-wisata-andalan-kabupaten-pacitan.html
16 November 2009


Sumber Gambar:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Pacitan
http://i33.photobucket.com/albums/d93/buchang/alam%20pegunungan%20dan%20pantai/Sundak-2.jpg

http://mazzwie.files.wordpress.com/2008/05/srau_01.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9Z-GIEGF8rN2C-XrNhOZ47gz4_nIXwz7pOmHy9KaFL1I0maoiynoB-5eyHU-6x15OYwv5g1Nyryc0edWdFvZo3M0qVV5E0w5oUVeZoZFgy_P8rJYVdFeFebTdkJ1WsHvDfNgNFkH0ka0g/s400/guagong2.jpg

Peta Pacitan


View Larger Map

Kabupaten Pacitan


Pacitan merupakan kabupaten tempat kelahiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kabupaten ini terletak di ujung Barat Daya Propinsi Jawa Timur. Wilayahnya di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo, di sebelah Timur dengan Kabupaten Trenggalek, di sebelah Selatan dengan Samudra Hindia, dan di sebelah Barat dengan Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa Tengah.

Distribusi tiga sektor dominan dalam PDRB Kabupaten Pacitan tahun 2005 adalah sektor pertanian, sektor jasa-jasa, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi mencapai lebih dari 68 persen. 

Produksi pertanian tanaman bahan makanan komoditas padi sawah mengalami peningkatan disebabkan luas panen yang meningkat, sedangkan peningkatan produksi padi ladang disebabkan meningkatnya produktivitas. Tiga kecamatan bisa dijadikan klaster padi sawah yaitu Pacitan, Kebonagung, Tulakan. Klaster padi ladang dapat mencakup dua kecamatan yaitu Donorejo dan Pringkuku. 

Meskipun produksinya masih tinggi, jenis tanaman palawija umumnya cenderung mengalami penurunan produksi akibat faktor luas panen dan produktivitas yang menurun. Klaster tanaman palawija untuk komoditas jagung bisa dibangun di Kecamatan Donorojo dan Bandar; klaster tanaman ubi kayu di Kecamatan Punung, Nawangan, Tegalombo, Tulakan; klaster kacang tanah di Kecamatan Donorojo dan Punung. 

Tanaman sayuran dan buah-buahan secara umum juga cenderung mengalami penurunan produksi dan luas panen. Produk buah-buahan unggulan adalah mangga, pisang, nangka, dan melinjo. Kecamatan Pacitan merupakan sentra produksi mangga. Selain itu, Kecamatan Pacitan dan Nawangan bisa menjadi klaster pisang, dan Kecamatan Tegalombo dan Tulakan bisa menjadi klaster nangka. Dan komoditi melinjo dapat dibentuk klaster di Kecamatan Tegalombo dan Sudimoro. 

Produksi tanaman perkebunan rakyat umumnya mengalami kenaikan hingga bisa menaikkan pendapatan petani. Luas panen kelapa bertambah sehingga terjadi penambahan produksi kelapa dan gula merah. Kecamatan Pacitan, Kebonagung, dan Tulakan bisa dijadikan klaster tanaman kelapa, sedangkan klaster produksi gula merah dapat dibentuk di Kecamatan Donorejo dan Kebonagung. Tanaman cengkeh menghasilkan produksi berupa bunga kering, daun kering, dan minyak cengkeh. Klaster cengkeh bisa dilakukan untuk Kecamatan Nawangan, Tulakan, Ngadirojo, dan Sudimoro. 

Perkembangan populasi ternak besar dan kecil umumnya mengalami kenaikan baik Kuda, Sapi, Kerbau, Kambing, Domba, dan Kelinci. Klaster ternak Sapi bisa dibentuk di Kecamatan Punung dan Tulakan. Klaster ternak Kambing dan Domba bisa dilakukan di Kecamatan Nawangan dan Tegalombo. Klaster ternak unggas bisa mencakup beberapa kecamatan, yaitu Kecamatan Donorojo dan Pacitan untuk Ayam Kampung; Kecamatan Donorojo dan Pringkuku untuk Ayam Ras; serta Kecamatan Pacitan, Arjosari, dan Banjar untuk ternak Itik. 

Pada subsektor perdagangan terjadi konsentrasi kegiatan niaga di Kecamatan Pacitan. Kecamatan ini sangat mencolok dalam jumlah penerbitan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) sebagai catatan resmi aktivitas perdagangan. 


Sumber:
http://www.cps-sss.org/web/home/kabupaten/kab/Kabupaten+Pacitan

Sumber Gambar:
http://adrenaline.ucsd.edu/HybridEnvironments/indonesia_trip/links/eastjava/pkab-pacitan.gif

Profil Kabupaten Pacitan


Kabupaten Pacitan secara geografis terletak antara 110 55 - 111 25 Bujur timur dan 7 55 - 8 17 Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Pacitan di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Trenggalek sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia. Luas wilayah Kabupaten Pacitan 1.342,42 Km2 yang terbagi menjadi dua belas kecamatan dengan Pacitan sebagai ibukota dari Kabupaten Pacitan. 

Komoditas pertanian seperti singkong, kelapa, cengkeh, dan jahe yang bisa tumbuh subur diwilayah ini, mengingat kondisi tanahnya yang gersang.

Komoditas perkebunan unggulan yang dikembangkan di kabupaten ini antara lain kelapa, cengkeh, kakao dan kopi. Sentra perkebunan kelapa berada di kecamatan Tulakan, Pacitan, Kebonagung. Selain diproduksi dalam bentuk butiran, kelapa juga diolah menjadi gula kelapa, minyak kelapa dan kopra. Disamping kelapa, cengkeh menjadi penyumbang nomor dua dari subsektor perkebunan. Beberapa daerah yang memproduksi cengkeh dalam skala besar terdapat di kecamatan Nawangan, Tulakan, Kebonangun, dan Ngadirojo. Hampir seluruh bagian tanaman rempah-rempah ini dapat dimanfaatkan. Selain bunga kering, daun cengkehnya dapat dimanfaatkan untuk minyak cengkeh. Industri kimia membutuhkan daun cengkeh ini untuk bahan baku pembuatan vanilin dan parfum. Perusahaan farmasi dan kecantikan memanfaatkan minyak ini sebagai bahan campuran produknya. Kayu cengkeh dari pohon yang mati dapat digunakan untuk kamper. Industri penyulingan minyak cengkeh dapat ditemui di Kecamatan Tulakan, bandar, Sudiromo, Ngadirojo dan Arjosari.


Di sektor pariwisata alam, Kabupaten Pacitan juga memiliki potensi yang bisa dikembangkan. Pacitan memiliki Pantai Klayar yang masih perawan, Gua Gong, juga gua tabuhan. Di sektor pertambangan , pacitan mempunyai areal 33 jenis bahan tambang mulai dari marmer, bentofit, hingga pasir kuarsa.


Sumber Data: 
Jawa Timur Dalam Angka 2007
(01-9-2007)
BPS Propinsi Jawa Timur
Jl. Raya Kendangsari Industri 43-44, Surabaya
Telp (031) 8438873
Fax (031) 8494007



Sumber :

http://regionalinvestment.com/sipid/id/displayprofil.php?ia=3501


Sumber Gambar:

http://mazzwie.files.wordpress.com/2008/05/teleng-ria.jpg

Geografi Pacitan

Kondisi Fisik Wilayah Pacitan

Pacitan merupakan salah satu dari 38 Kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang terletak di bagian Selatan barat daya. Kabupaten Pacitan terletak di antara 110º 55' - 111º 25' Bujur timur dan 7º 55' - 8º 17' Lintang Selatan, dengan luas wilayah 1.389,87 Km² atau 138.987,16 Ha. Luas tersebut sebagian besar berupa perbukitan yaitu kurang lebih 85 %, gunung-gunung kecil lebih kurang 300 buah menyebar diseluruh wilayah Kabupaten Pacitan dan jurang terjal yang termasuk dalam deretan Pegunungan Seribu yang membujur sepanjang Selatan Pulau Jawa, sedang selebihnya merupakan dataran rendah.

Dari aspek topografi menunjukkan bentang daratannya bervariasi dengan kemiringan sebagai berikut:

1. 0-2 % meliputi ± 4,36 dari luas wilayah merupakan tepi pantai.

2. 2-15 % meliputi ± 6,60 % dari luas wilayah baik untuk pertanian dan memperhatikan usaha pengawetan tanah dan air.

3. 15-40 % meliputi ± 25,87 dari luas wilayah sebaiknya untuk usaha tanaman tahunan.

4. 40 % keatas meliputi ± 63,17 % dari luas wilayah merupakan daerah yang harus difungsikan sebagai daerah penyangga tanah dan air serta menjaga keseimbangan ekosistem di Kabupaten Pacitan.


Bila ditinjau dari struktur dan jenis tanah terdiri dari Assosiasi Litosol Mediteran Merah, Aluvial kelabu endapan liat, Litosol campuran Tuf dengan Vulkan serta komplek Litosol Kemerahan yang ternyata di dalamnya banyak mengandung potensi bahan galian mineral.

Pacitan disamping merupakan daerah pegunungan yang terletak pada ujung timur Pegunungan Seribu, juga berada pada bagian selatan Pulau Jawa dengan rentangan sekitar 80 km dan lebar 25 km. Tanah Pegunungan Seribu memiliki ciri khas yang tanahnya didominasi oleh endapan gamping bercampur koral dari kala Milosen (dimulai sekitar 21.000.000 – 10.000.000 tahun silam). Endapan itu kemudian mengalami pengangkatan pada kala Holosen, yaitu lapisan geologi yang paling muda dan paling singkat (sekitar 500.000 tahun silam – sekarang). Gejala-gejala kehidupan manusia muncul di permukaan bumi pada kala Plestosen, yaitu sekitar 1.000.000 tahun Sebelum Masehi.

Endapan-endapan itu kemudian tererosi oleh sungai maupun perembesan – perembesan air hingga membentuk suatu pemandangan KARST yang meliputi ribuan bukit kecil. Ciri-ciri pegunungan karst ialah berupa bukit-bukit berbentuk kerucut atau setengah bulatan.

Bersamaan dengan kala geologis tersebut, yakni pada zaman kwarter awal telah muncul di muka bumi ini jenis manusia pertama : Homo Sapiens, yang karena kelebihannya dalam menggunakan otak atau akal, secara berangsur-angsur kemudian menguasai alam sebagaimana tampak dari tahap-tahap perkembangan sosial dan kebudayaan yaitu dari hidup mengembara ( nomaden ) sebagai pengumpul makanan, menjadi setengah pengembara / menetap dengan kehidupan berburu, kemudian menetap dengan kehidupan penghasil makanan. Adapun tingkat kebudayaannya yaitu dari zaman batu tua ( Palaeolithicum ), zaman batu madia ( messolithicum ), dan zaman batu muda ( neolithicum ).

Letak Geografis

Kabupaten Pacitan terletak di Pantai Selatan Pulau Jawa dan berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah dan daerah Istimewa Yogyakarta merupakan pintu gerbang bagian barat dari Jawa Timur dengan kondisi fisik pegunungan kapur selatan yang membujur dari gunung kidul ke Kabupaten Trenggalek menghadap ke Samudera Indonesia.

Adapun wilayah administrasi terdiri dari dari 12 Kecamatan, 5 kelurahan dan 159 desa, dengan letak geografis berada antara 110º 55' - 111º 25' Bujur timur dan 7º 55' - 8º 17' Lintang Selatan.

Batas-batas Administrasi : 
- sebelah Timur   : Kabupaten Trenggalek 
- sebelah Selatan :  Samudera Indonesia 
- sebelah Barat    : Kabupaten Wonogiri ( Jawa Tengah ) 
- sebelah Utara    : Kabupaten Ponorogo


Apabila diukur dari permukaan laut, ketinggian tempat itu dapat dirinci sebagai berikut :

1. Ketinggian 0 – 25 m, seluas 37,76 km atau 2,62 % luas wilayah.

2. Ketinggian 25 – 100 m, seluas 38 km atau 2,67 % luas wilayah.

3. Ketinggian 100 – 500 m, seluas 747,75 km atau 52,68 % luas wilayah.

4. Ketinggian 500 – 1000 m, seluas 517,13 km atau 36,43 % luas wilayah.

5. Ketinggian 1000 m, seluas 79,40 km atau 5,59 % luas wilayah.

Ditinjau dari sudut geografisnya wilayah Kabupaten Pacitan seluas 1.389,87 Km² atau 138.987,16 Ha sebagian besar tanahnya terdiri atas :

1. Sawah, seluas 130,15 km2.

2. Sawah Sederhana, seluas 31,43 km2.

3. Sawah tadah hujan, seluas 65,73 km2.

4. Tegalan, seluas 973,76 km2.

5. Pemukiman, seluas 264, 17 km2.

6. Perkebunan, seluas 2,50 km2.

7. Hutan, seluas 11,49 km2.

8. Lain - lain seluas 41,48 km2. 


Sumber:

http://www.pacitankab.go.id/selayang.php?jns=2

Sejarah Pacitan

Menurut Babat Pacitan, nama Pacitan berasal dari kata “ Pacitan ” yang berarti camilan, sedap-sedapan, tambul, yaitu makanan kecil yang tidak sampai mengenyangkan. Hal ini disebabkan daerah Pacitan merupakan daerah minus, hingga untuk memenuhi kebutuhan pangan warganya tidak sampai mengenyangkan; tidak cukup. 


Adapula yang berpendapat bahwa nama Pacitan berasal dari “ Pace ” mengkudu ( bentis : Jaka ) yang memberi kekuatan. Pendapat ini berasal dari legenda yang bersumber pada Perang Mengkubumen atau Perang Palihan Nagari (1746 – 1755) yakni tatkala Pangeran Mangkubumi dalam peperangannya itu sampai di daerah Pacitan. 


Dalam suatu pertempuran ia kalah terpaksa melarikan diri ke dalam hutan dengan tubuh lemah lesu. Berkat pertolongan abdinya bernama Setraketipa yang memberikan buah pace masak kemudian menjadikan kekuatan Mangkubumi pulih kembali. 


Akan tetapi nampaknya nama Pacitan yang menggambarkan kondisi daerah Pacitan yang minus itulah yang lebih kuat. Hal itu disebabkan pada masa pemerintahan Sultan Agung ( 1613 – 1645 ) nama tersebut telah muncul dalam babat Momana. ( Informasi tentang Sejarah Pacitan ini masih belum lengkap dan masih akan dilengkapi )

Nama-nama Bupati Pacitan :

1745-1750 : R.T. Notopoero
1750-1757 : R.T. Notopoero
1757-         : R.T.Soerjonegoro I
1757-1812 : R.T.Setrowidjojo II
1812-         : R.T.Setrowidjojo III
1812-1826 : M.T.Djogokarjo I
1826-         : M.T.Djogokarjo II
1826-1850 : M.T.Djogokarjo III
1866-1879 : R.Adipati Martohadinegoro
1879-1906 : R.Adipati Harjo Tjokronegoro I
1906-1933 : R.Adipati Tjokroegoro II
1937-1942 : R.T.Soerjo Hadijokro
1943-         : Soekardiman
1944-1945 : MR. Soesanto Tirtoprodjo
1945-1946 : R.Soetomo
1946-1948 : R.Soetomo
1948-1950 : Soebekti Poesponoto
1950-1956 : R.Anggris Joedoediprodjo
1956-1961 : R. Soekijoen Sastro Hadisewojo(bupati)
1957-1958 : R.Broto Miseno (Kepala Daerah Swantara II)
1958-1960 : Ali Moertadlo (Kepala Daerah)
1961-1964 : R.Katamsi Pringgodigdo
1964-1969 : R.S. Tedjo Soemarto
1969-1980 : R.Moch Koesnan
1985-1990 : H.Mochtar Abdul Kadir
1990-1995 : H. Soedjito
1995-2000 : Sutjipto. Hs
2000-2005 : H. Soetrisno
2005- ....... : H. Sujono.


Sumber:
http://www.pacitankab.go.id/selayang.php?jns=1

Gua Gong Pacitan :Mata “Diperciki” Mutiara, Telinga “Dihiasi” Degung


PACITAN – Kalau mau melihat salah satu lokasi keajaiban bawah tanah, selayaknya kita melawat ke daerah Pacitan. Sebab di antara bukit-bukit gersangnya, ternyata tersimpan gua-gua eksotisme bawah tanah batuan gamping. Yang hanya akan meninggalkan jejak keindahan bagi mata yang pernah memandangnya. 

Menyusuri jalan menuju daerah wisata ini sebenarnya sudah merupakan rekreasi tersendiri. Deretan bukit batuan gamping menghiasi sepanjang kiri-kanan jalan. Jalan yang berkelok indah di sisi pinggir bukit membuat lintasan paralel menyusur di antara kehijauan pohon jati. Angin segar menerpa, di atas aspal baru. Mengantarkan kaki menuju parkiran wisata gua Gong, di Kabupaten Punung, Pacitan Jawa Timur.

Panas tiba-tiba menyergap saat tubuh keluar dari kendaraan. Menyadarkan pikiran saya bahwa kini saya berada di salah satu daerah paling keras di Pulau Jawa. Keras karena batuan gamping meloloskan air sampai ke dasar-dasar liangnya hingga terasa sulit sekali bagi orang-orang di sana untuk mencari setetes air saja. 

Masuk ke lokasi, ada retribusi yang harus dibayar, sebesar Rp 2.500. Perlahan, kaki melangkah menaiki tanjakan, menuju pintu gua. Di sepanjang perjalanan menuju mulut gua, deretan kios pedagang makanan masih tertutup rapat. Mungkin karena saya datang bukan saat akhir minggu, jadi deretan kios ini terlihat menutup diri saja. Lagipula, memang tak banyak pengunjung yang datang saat itu. Hanya terlihat sekelompok pria dewasa, yang sepertinya hanya ingin melewati rasa penasarannya saja untuk melihat isi perut bumi di daerah desa Bomo ini. 

Tiba di mulut gua, langkah sempat terhenti oleh datangnya puluhan orang setempat yang menawarkan jasa. Ada yang menawarkan senter dan layanan pemandu bagi yang membutuhkan. Karena sudah membawa headlamp, saya membeli sebuah buku panduan seharga Rp 3.000 saja, dan memutuskan masuk lorong tanpa pemandu. 


Percik Mutiara 

Memasuki lorong pertama di gua ini, sudah terasa keindahan mulai memijar. Deretan straw (ornamen berbentuk seperti sedotan) berebut memenuhi langit-langit gua. Sebuah ungkapan selamat datang yang mahaindah bagi yang mengerti. Karena deretan straw tersebut bisa berarti sinyal pemberitahuan, mengenai lebatnya ornamen lain di dalamnya. 

Benar saja, setelah melewati lorong straw, langsung mata ini disergap oleh puluhan bahkan ratusan ornamen gua yang berbeda tiap bentuknya. Teramat banyak saya kira, lebih banyak dari sekumpulan ornamen gua yang pernah saya lihat di gua-gua lainnya di tanah Jawa ini. Semua penuh memadati lorong menurun gua, menghiasi tiap meter sisi tangga. Menjadi hiasan yang tak terukur nilainya, karena tiap ornamen bisa jadi berumur ratusan tahun lamanya. 
Saking banyaknya ornamen yang ada di dalam gua tersebut, sampai sulit rasanya menyebutkan satu per satu di sini. Yang paling saya ingat mungkin sekumpulan gourdyn raksasa, yang dipenuhi bintik mutiara di dalamnya. Titik-titik kecil tersebut seperti ribuan kunang-kunang saja layaknya. Suasana gua yang temaram makin menambah eksotis ribuan titik mutiara itu. Memenuhi tiap jengkal mata memandang, dan bila memejamkan mata, rasanya masih tertinggal ribuan titik mutiara tersebut memenuhi benak kepala. 


Degung Gong 

Perjalanan masih terus memasuki lorong-lorong. Menembus di antara stalagmit dan stalagtit. Membentuk tiang-tiang tinggi penyangga lorong, mengukuhkan keberadaan mereka di sana. Diselang-selingi dengan tirai tipis batuan, menimbulkan kekaguman saat mencoba mengetuknya. Terdengar suara berdengung, yang menggema di seantero lorong. Rupanya inilah sebab mengapa gua ini disebut Gong. Karena tiap kita memukul bagian ornamen di dalamnya, akan terdengar suara berdegung, mirip suara yang dihasilkan gong gamelan kesenian khas Jawa. 

Hingga akhirnya saya keluar dari lorong-lorong berhawa panas tersebut, masih terasa sentuhan pada mata dan kuping ini. Menembus liang pemikiran dan berbayang terus, bahkan sampai es degan (kelapa) melewati kerongkongan. Baru tersadar bahwa keindahan gua tersebut benar-benar sebuah anugerah dari kuasa, yang diberikan untuk mempercantik kawasan keras gamping tersebut. (SH/str-sulung prasetyo) 
 

Sumber:
http://www.sinarharapan.co.id/feature/wisata/2004/1223/wis01.html